Selasa, 09 September 2014

teori belajar


TEORI BELAJAR
1. PENGERTIAN TEORI BELAJAR
Teori belajar adalah teori yang pragmatik dan eklektik. Teori dengan sifat demikian ini hampir dipastikan tidak pemah mempunyai sifat ekstrim. Tidak ada teori belajar yang secara ekstrim memperhatikan aspek mahasiswa saja, misalnya. Atau teori belajar yang hanya mementingkan aspek dosen saja, kurikulurn saja, dan sebagainya.

titik fokus yang menjadi pusat perhatian suatu teori menurut berbagai aiiran, psikologi yang mempengaruhi teori¬teori tersebut. Ada pula yang mengelompokkannya menurut titik fokus dari teori-teori tersebut. Bahkan ada yang menggolong-gollongkan teori belajar menurut ahli yang mengembangkan teori-teori itu. Tak jadi soal taksonomi mana yang kita ikuti. Yang penting kita menyadari bahwa sebuah taksonomi adalah tak lebih dari suatu usaha untuk menyederhanakan permasalahan serta mempermudah pembahasannya.
Dalam hal ini, secara umum, semua teori belajar dapat Alta kelompokkan menjadi empat golongan atau aliran. yaitu aliran tingkah laku, kognitif, humcnistik, dan sibernetik. Aliran tingkah laku menekankan pada "hasil" dari proses belajar. Aliran kognitif menekankan pada "proses" belajar. Aliran humanis menekankan pada "isi" atau apa yang dipelajari. Dan aliran sibernetik menekankan pada "sistem informasi" yang dipelajari. Kita kaji keempat teori ini satu per satu.

A. Aliran Tingkah Laku
Menurut aliran tingkah laku, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau lebih tepat: perubahan yang dialami mahasiswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus clan respon. Meskipun semua penganut aliran ini setuju dengan premis dasar ini, namun mereka berbeda pendapat dalam beberapa hal penting.

B. Thorndike
Belajar, adalah poses interaksi antara stimulus (yang mungikin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan Respon (yang juga bisa berbentuk pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya. menurut Thorndike, perubahan tingkah laku itu boleti berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau, yang non-konkret (tidak dapat diamati).
Meskipun Thorndike tidak menjelaskan bagaimana caranya mengukur berbagai tingkah laku yang non-konkret itu (pengukuran adalah satu hal yang menjadi obsesi semuapenganut aliran tingkah laku), tetapi teori Thorndike ini telah banyak memberikan inspirasi kepada pakar lain yang datang sesudahnya. Teori thorndike ini juga di sebut sebagai aliran "koneksionis" (Connectionism).

C. Watson
Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tak perlu diketahui. bukan, berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak mahasiswa tidak penting. Semua itu penting. Tapi,
faktor-faktor tersebut tidak dapat menjelaskan apakah proses belajar sudah tetadi atau belurn
kita lihat disini, penganut aliran tingkah lake lebih senang memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak dapat diukur, meskipun mereka tetap mengakui bahwa semua hal itu penting. Teori Watson ini juga disebut sebagai aliran TingkahLake (Behaviorism)
tiga pakar lain adalah Clark hull, Edwin Guthrie, dan B. F. Skiners terakhir ini juga menggunakan variabel Stimulus-Respon untuk menjelaskan teori-teori mereka. Namun, meskipun ketiga pakar ini mendapat julukan yang sama, yaitu pendiri Aliran Tingkah Laku Baru (Neo Behaviorist), mereka, berbeda sate sama lain dalam beberapa hal prinsipil.

D. Clark Hull
Clark Hull sangat terpengauh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin. Bagi Hull, seperti dalam teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup. Karena itu, dalam teori Hull, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Stimulus hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis ini, meskipun respon mungkin berrmacam-macam bentuknva.

E. Edwin Guthrie
Menurut Edwin Guthrie, stimulus tidak harus berbentuk kebutuhan biologis. Hal penting dalam teori Guthrie adalah, bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung bersifat sementara. Karena itu, diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan itu menjadi lebih langgeng. Selain itu, suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) bila respon tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus.
Guthrie juga Percaya bahwa "hukuman" memegang peran penting dalam proses belajar. Menurut Guthrie, suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu merubah kebiasaan seseorang. Kelak, faktor hukuman ini tak Lagi dominan dalam teori-teori tingkah lake, terutama setelah kroner makin mempopulerkan ide tentang "penguat"
(reinforcement).
Dari semua pendukung teori tingkah laku, mungkin. teori Skinner-lah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar. Beberapa program pembelajaran seperti Teaching Machine, Mathematics, atau program-program lain yang memakai konsep stimulus, respon, dan faktor "penguat" (reinforcement), adalah contoh¬contoh program yang memanfaatkan teori Skinner ini.

F. Skinner
Skinner, yang datang kemudian, mempunyai pendapai lagi, yang temyata mampu mengalahkan pamor teori teori Hull dan Guthrie. Hal ini mungkin karena kemampuan Skinlner dalam "menyederhanakan" kerumitan teorinya Berta menjelaskan konsep-konsep, yang ada dalam teorinya itu. Dari semua pendukung teori tingkah laku, mungkin. teori Skinner-lah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar. Beberapa program pembelajaran seperti Teaching Machine, Mathematics, atau program-program lain yang memakai konsep stimulus, respon, dan faktor "penguat" (reinforcement), adalah contoh¬contoh program yang memanfaatkan teori Skinner ini.

G. Kritik Terhadap Teori Tingkah Laku
Sudah terang bahwa teori tingkah laku ini tidak bebas Bari lkritik. Teori tingkah laku ini dikritik karena sering tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks. sebab banyak hal di dunia pendidikan yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
Kita ambil contoh, suatu saat, seorang mahasiswa mau belajar giat setelah diberi stimulus tertentu. Tetapi karena satu dan lain hal, mahasiswa tersebut tiba-tiba tidak mau belajar lagi, padahal kepadanya sudah diberikan stimulus yang sama atau yang lebih balk dari itu. Di sinilah persoalannnya. ternyata teori tingkah lake ini dianggap tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan stimulus dan respon tersebut. Tentu saja kita dapat mengganti stimulus dengan stimulus lain sampai kita mendapatkan respon yang kita inginkan. Tetapi kita tahu hal ini belum menjawab pertanyaan yang sebenarnya.

H. Aliran Kognitif
Teori kognitif, sebaliknya, lebih rnementingkan proses belajar daripada hasii belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini. belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks teori ini sangat erat berhubungan dengan teori sibernetik.

I. Piaget
Menurut Jean Piaget (salah satu penganut aliran kognitif yang kuat), proses belajar sebenarnya terdiri tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru. ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak mahasiswa. Proses akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Proses equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Katakanlah seorang mahasiswa yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan. Jika dosennya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada di benak mahasiswa) dengan prinsip perkalian (sebagai inforrnasi baru), inilah yang disebut proses asimilasi.

J. Ausubel
Menurut Ausubel, mahasiswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut "pengatur kemajuan. (belajar)" (Advance Organizers) didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada mahasiswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (rnencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada mahasiswa.
Ausubel percaya bahwa "advance organizers" dapat memberikan tiga macam manfaat, yakni:
1. dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang akan dipelajari oleh mahasiswa;
2. dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari mahasiswa "saat ini" dengan apa yang "akan" dipelajari; sedemikian rupa sehingga
3. mampu membantu mahasiswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah. Untuk itu, pengetahuan dosen terhadap isi mata pelajaran harus sangat baik. Hanya dengan demikian seorang dosen akan mampu menemukan informasi, yang menurut Ausubel "sangat abstrak, umum, dan inklusif", yang mewadahi apa yang akan diajarkan itu. Selain itu, logika berpikir dosen juga dituntut sebaik mungkin. Tanga memiliki logika berpikir yang baik, maka dosen akan kesuiitan memilah-milah materi pelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat. serta mendosentkan materi demi materi itu ke dalam struktur urutan yang logis dan mudah dipahami.

K. Bruner
Bruner mengusulkan teorinya yang disebut free discovery learning. Menurut teon ini, proses belajar akan bedalan dengan baik dan kreatif jika dcsen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya.

L. Kritik Terhadap Teori Kognitif
Teori kognitif, terutama teori yang dikembangkan oleh Piaget, sexing dikritik karena sukar dipraktekkan (terutama di tingkat-tingkat lanjut). Selain itu, beberapa konsep tertentu (seperti intelejensia, belajar, atau pengetahuan) yang mendasari teori ini sukar dipahami, dan pemahaman itu sendiri pun masih belum tuntas.

M. Aliran Humanistik
Teori jenis ketiga adalah teori humanistik. Bagi penganut teori ini, proses belajar hares berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari keempat teori belajar, teori humanistik inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat daripada dunia
pendidikan.
Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya "isi" dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.

N. Bloom dan Krathwohl
Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh mahasiswa, yang tercakup dalam tiga kawasan, yaitu:

1. Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan:
• Pengetahuan (mengingat, menghafal);
• Pemahaman (menginterpretasikan);
• Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah);
• Analisis (menjabarkan suatu konsep);
• Sintesis (menggabungkan bagian konsep menjadi suatu konsep utuh);
• Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan sebagainya).

2. Psikomotor, yang terdiri dari lima tingkatan:
• Peniruan (menirukan gerak);
• Penggunaan (menggunakan konsep untuk melaku¬kan gerak;
• Ketepatan (melakukan gerak dengan benar);
• Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar);
• Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
3. Afektif, yang terdiri dari lima tingkatan:
• Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu);
• Merespon (aktif berpartisipasi);
• Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai¬nilai tertentu);
• Pengorganisasian (menghubungkan-hubungkan n nil a nilai yang dipercayai);
• Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).

Taksonomi Bloom, seperti yang telah kita ketahui, berhasil memberi inspirasi kepada banyak pakar lain untuk mengembangkan teori-teori belajar dan pembelajaran. Pala tingkatan yang lebih praktis, taksonorn! ini telah banyak membantu praktisi pendidikan untuk memformulasikan tujuan-tujuan belajar dalam bahasa yang mudah dipahami, operasional, serta dapat diukur.
Dari beberapa taksonomi belajar, mungkin taksonomi Bloom inilah yang paling populer (setidaknya di Indonesia).

O. Kolb
Sementara itu, seorang ahli lain yang bernama Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat, yaitu:
1. Pengalaman Konkrit.
2. Pengamatan aktif dan reflektif.
3. Konseptualisasi.
4. Eksperimentasi aktif.

P. Honey dan Mumford
Berdasarkan teori Kolb ini, Honey dan Mumford membuat penggolongan mahasiswa. Menurut mereka, ada empat macaw atau tipe mahasiswa, yakni aktiuis, refiektor, teoris, dan pragmatic.
Mahasiswa tipe aktivis adalah mereka yang suka melibatkan din pada penglaman-pengalaman bare. Mereka cenderung berpikiran terbuka dan mudah diajak berdialog. Namun mahasiswa semacam ini biasanya kurang skeptis terhadap sesuatu. Ini kadangkala identik dengan sifat mudah percaya. -Dalam proses belajar, mereka menyukai metode yang mampu mendorong seseorang menemukan hal-hal baru, seperti brainstorming atau problem soloing. Tetapi mereka cepat merasa bosan dengan hal-hal yang memerlukan waktu lama dalam implementasi.

Q. Habermas
Habermas percaya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Dengan asumsi ini, dia membagi tipe belajar menjadi tiga macaw, yaitu:
1. belajar teknis (technical learning):
2. belajar praktis (practical learning);
3. belajar emansipatoris (emancipatory learning).

Dalam "belajar teknis", mahasiswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alarn sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.

R. Krifik Terhadap Teori Humanistik
Teori humanistik Bering dikritik karena sifatnya yang terlalu deskriptif (meskipun sernua teori belajar sebenarnya bersifat deskriptif; lain dengan teori pembelajaran, atau disebut juga teori instruksional, yang lebih bersifat
preskriptif). Kelemahan lain adalah sukarnya menterjemahkan teori ini ke langkah-langkah yang lebih praktis dan konkrit.
Tapi, karena sifatnya yang deskriptif ituiah maka teori ini seolah member; arch proses belajar. Semua tujuan pendidikan bersifat ideal, dan teori humanistik inilah yang menjelaskan bagaimana tujuan ideal itu seharusnya.
Seperti teori-teori belajar yang lain, teori humanistik akan sangat membantu kita memahami proses belajar Berta melakukan proses belajar dalam dimensi yang lebih lugs, jika kita mampu menempatkannya pada konteks yang tepat.

S. Aliran Sibernetik
Teori belajar jenis keempat, mungkin yang paling baru dari semua teori belajar yang kita kenal, teori belajar ini adalah teori sibernetik. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini, belajar adlah pengolahan informasi.
Sekiias, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif Yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namur, yang lebih penting lagi adalah sistem informasi" yang diproses itu. Informasi inilah yang menentukan proses.

T. Landa
Menurut Landa, ada dua macam proses berpikir. Pertama disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu. Kedua adalah cara berpikir heuristik, yakni cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target sekaligus.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika spa yang hendak dipelajari itu atau masalah yang hendak dipecahkan (atau dalam istilah yang lebih teknis: sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya. Satu hal lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linier, sekuensial, satu hal lain lebih tepat bila disajikan dalam bentuk "terbuka" dan memberi keleluasaan kepada mahasiswa untak berimajinasi dan berpikir.

U. Pask dan Scott
Pendekatan serialis Yang diusulkan oleh Pask dan Scott itu sama dengan pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir "menyeluruh" (Wholist) tidak sama dengan heuristik. cara berpikir menyeluruh adalah befikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke "gambaran Iengkap" sebuah sistem informasi. lbarat melihat lukisan bukan detil¬detil yang kita arnati lebih dahulu, tapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil.

V. Kritik Terhadap Teori sibernetik
Teori sibernetik dikritik, sebab tidak membahas proses belajar secara langsung sehingga hal ini menyulitkan penerapannya. Karena alasan ini pula, maka kita mendapat kesulitan untuk menggolongkan, apakah teori sibernetik ini lebih dekat ke teori konformis, atau ke teori liberal.
Jika teori humanis lebih, dekat ke dunia filsafat, teori sibernetik ini lebih dekat ke psikologi dan informasi. selain itu, pemahaman kita terhadap mekanisme ke: j4a utak Vang masih terbatas mengakibatkan pengetahuan kita tentang bagaimana infon-nisi itu diclah juga menjadi sangat terbatas.

Karena alasan ini pula, maka banyak pakar mendapat ilham untuk (makin) mengembangkan teori kognitif. Jika teori sibernetik lebih tertarik kepada kerja otak. Teori kognitif lebih tertarik kepada hasil kerja otak itu. Seperti kata seorang pakar kognitif: "untuk menemukan perhitungan akar 437, misalnya, apakah kita perlu tahu lebih dahulu bagaimana sebuah kalkulator bekeja?" Pendeknya, untuk mengembangkan suatu teori belajar, kita tak harus mengetahui seluk beluk kerja otak kita sampai ke detil-detilnya.


1 komentar:

rakelfahrbach on 4 Maret 2022 pukul 19.00 mengatakan...

Casino - drmcd
Casino · 1. 서울특별 출장샵 Slot machine. 1. Slot 포항 출장샵 machine · 2. Slot machine. 2. 라이브스코어 Slot machine · 3. 강원도 출장샵 Slot machine. 4. Slot machine. 5. Slot machine 남원 출장마사지 · 6. Slot machine. 7. Slot machine · 8. Slot machine.

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com